Sukacita


Amsal 17:22 “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.”

APAKAH KALIAN SUDAH MEMILIKI SUKACITA SETIAP HARI?
Atau sebaliknya? Hidup kalian penuh dengan kepedihan dan beban?

Pada umumnya, rasa sukacita itu dipengaruhi oleh beberapa faktor.
1. Lingkungan sekitar kita
2. Harta / kekayaan
3. Dan lain-lain

Tetapi janganlah kita biarkan faktor-faktor di atas mempengaruhi suasana hati kita. Tidak ada seorang pun yang berkuasa mengendalikan rasa sukacita itu kecuali kemauan dari hati kita sendiri. Jangan sampai situasi yang buruk mempengaruhi hati dan merampas sukacita kita. 

Sukacita itu adalah bagian dari Roh. Artinya Tuhan ingin kita anak-anakNya hidup di dalam rasa sukacita. Sukacita yang kita rasakan bukanlah berasal dari diri kita, tetapi dari TUHAN yang merupakan sumber sukacita itu sendiri. 

Tetap bersukacita walaupun dunia memberikan 1000 alasan untuk tidak bersukacita
Walaupun kita sedang dilanda masalah, tantangan dan persoalan hidup, tetaplah bersukacita dan bertahan di dalam proses tersebut. Memang tidak dapat dipungkiri kalau sukacita di saat yang sulit tidaklah segampang memutarbalikkan tangan. 

Tetapi Tuhan memberikan kunci dan rahasia sukacita loh teman-teman. Tertulis di Yohanes 5:10-11 "Jikalau kamu menuruti perintahKu, kamu akan tinggal di dalam kasihKu, seperti Aku menuruti perintah BapaKu dan tinggal di dalam kasihNya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacitaKu ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.”

SOOOOO buat apa kita bersungut-sungut ? Hadapilah setiap masalah yang ada dengan penuh sukacita. Jangan biarkan iblis menari-nari di atas penderitaanmu. Tetapi buatlah iblis heran karena kalian tetap bersukacita di dalam pergumulan. 

SUKACITA DARI TUHAN MEMAMPUKAN KITA UNTUK TETAP BERTAHAN MELALUI BADAI KEHIDUPAN :) 
  “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Filipi 4:4)




ILUSTRASI TENTANG SUKACITA :D


Ada seorang petani tua yang memiliki seekor kuda yang digunakan untuk mengolah ladangnya. Suatu hari kuda tersebut melarikan diri di bukit-bukit dan ketika para tetangganya mendengar berita itu, mereka bersimpati kepada orang tua atas nasib buruknya. Namun jawab si petani itu, "Nasib buruk? Nasib baik? Siapa yang tahu?"


Seminggu kemudian, kuda itu kembali dengan membawa kawanan kuda liar dari pegunungan dan kali ini para tetangga mengucapkan selamat kepada petani tua akan keberuntungannya. "Nasib baik? Nasib buruk? Siapa yang tahu?" kata si petani tua itu.

Kemudian, ketika anak si petani tua itu berusaha menjinakkan salah satu kuda liar, ia terjatuh dari punggung kuda itu dan kakinya patah. Semua tetangganya kembali setuju bahwa ini adalah sebuah keberuntungan yang sangat buruk. Petani itu menjawab, "Nasib buruk? Nasib baik? Siapa yang tahu?"

Beberapa minggu kemudian, tentara dari pemerintah masuk ke desa-desa dan memaksa setiap pemuda yang berbadan sehat untuk pergi berperang dalam perang yang berdarah. Ketika mereka melihat bahwa anak petani tua ini mengalami patah kaki, mereka tidak memilihinya. Beberapa minggu setelah peperangan, ada berita bahwa banyak anak-anak dari tetangga si petani tua itu berguguran di medan perang. Semua penduduk desa itu bersedih hati dan berkata kepada si petani tua itu sangat beruntung bahwa anaknya tidak ikut dalam perang. Petani tua itu kembali menjawab, "Nasib baik? Nasib buruk? Siapa yang tahu?"

Dari cerita ini kita dapat belajar bahwa sukacita tidak selalu berasal dari keadaan sekitar. Kita dapat tetap sukacita biarpun dalam keadaan terpuruk hal tersbut tergantung dari mind-set kita. Hidup sebagai manusia tidak akan terlepas dari masalah namun cara kita menanggapi masalah tersebutlah yang mempengaruhi sukacita kita.


Note to ourselves 


NOTE:  Sukacita bukan tergantung dari situasi melainkan merupakan pilihan sikap hati kita

No comments:

Post a Comment